top of page

Benar dan Salah

  • ayurinputri
  • Jan 8, 2014
  • 2 min read


"Kak, kenapa kita ini berbeda beda? Kulitnya, agamanya, bahkan bangsanya."

"Supaya kita bisa saling mengenal."

"Ah, kak. Untuk apa saling mengenal kalau misalnya nanti malah banyak yang saling membandingkan bahkan kemudian menjelekkan?"


Dulu saat saya masih kecil, sebagai seorang anak yang memiliki keyakinan, saya seringkali membanding-bandingkan keyakinan saya dengan keyakinan yang lain. Dan tentu, sebagai seorang anak kecil yang polos saya hanya membanding 'kelebihan' keyakinan saya hingga 'perbandingan' pun selesai, dengan keyakinan saya menjadi pemenang tentunya.


Seiring berjalannya waktu dan seiring bertambahnya pengetahuan saya mengenai keyakinan, saya mengalami begitu banyak perang pemikiran. Hingga suatu ketika, saya melihat seorang laki-laki sedang sibuk menjelek-jelekkan keyakinan yang lain di depan teman-temannya. Dan saya pun mulai bertanya, apakah hal itu dibenarkan? Apakah kebenaran harus ditampilkan di samping 'yang-tidak-benar? Haruskah yang salah di ungkit agar yang tidak salah 'terlihat' benar?


Mungkin benar, bahwa adalah suatu keharusan bagi kita untuk dapat membedakan mana yang baik dan benar. Terutama tentang hal-hal besar yang kita yakini: keyakinan. Seorang teman pernah berkata, "Berimanlah dengan pikiran, bukan perasaan. Karena kebenaran itu hanya bisa di temukan dengan akal. Kita harus mencari kebenaran, dan hanya ada satu kebenaran di muka bumi ini. Dan agama bukanlah perasaan."


Namun, hari-hari saya masih dihantui pertanyaan: jika memang kebenaran harus disampaikan, haruskah yang salah juga disampaikan? atau mungkin lebih tepatnya di jelek-jelek kan?

Ya, mungkin ini adalah masalah perasaan. Mungkin juga karena saya adalah wanita, hingga seringkali berpikir secara emosional. Tapi tentu saya ingin menemukan titik terang dari sebuah kebenaran.


Hingga malam ini, tiba-tiba saya menemukan sebuah ayat, sebuah ayat yang membuat saya tertegun, Al-An'am ayat 108: "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan."


Eureka! Pertanyaan saya terjawab!


Ah, berpikir memang terkadang terlihat menakutkan, tapi terkadang kita lupa bahwa kita masih punya Tuhan yang tidak akan pernah meninggalkan makhluknya. Semoga kita termasuk orang-orang yang berpikir.


- Yogyakarta, 8 Januari 2014 , 23:33 WIB.



"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam .Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya ..."

Q.S Al-Alaq 1-5.

 
 
 

Comments


Recent Posts
Archive

When you write what you want to write, you became a human | AyurinPutri© 2017

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Pinterest Icon
  • Grey YouTube Icon
  • Grey Instagram Icon
bottom of page